Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perjuangan Jan Koum, Pendiri WhatsApp yang Mendunia

Jan Koum, pendiri WhatsApp, dulunya bukanlah seorang yang dikenal dan mendunia seperti sekarang. Banyak hal yang harus dihadapi hingga sampai ke titik ini. Siapa sangka, kemampuan untuk menciptakan aplikasi ini didapatnya dengan mempelajari komputer secara autodidak.

Jan Koum, Pendiri WhatsApp
Picture Flickr/Ricardo Ulke Acosta

Saat ini, hampir semua orang di seluruh dunia mengenal aplikasi WhatsApp. Aplikasi ini makin terkenal ketika Facebook mengakuisisinya pada tahun 2013. Perjuangan Jan Koum ini membuktikan bahwa hasil tidak akan mengkhianati usaha. Segala kesusahan di masa lalunya telah terbayarkan berkat perjuangannya dan sikap pantang menyerah yang dimilikinya.

Awal Kehidupan

Jan Koum lahir pada 24 Februari 1976 di Kota Kiev, Ukraina, dari seorang ayah yang merupakan manajer konstruksi dan ibu seorang ibu rumah tangga. Jan muda hidup dengan segala keterbatasan., dari listrik yang sangat terbatas hingga mandi yang mengharuskan keluarga mereka antre di kamar mandi umum. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi politik negara yang tidak stabil saat itu.

Sebagai seorang Yahudi, hidup Jan tidak pernah tenang. Akibat meningkatnya gerakan anti-Yahudi, pada tahun 1990, keluarganya memutuskan pindah ke Amerika tanpa sang ayah. Kehidupan kerasnya dimulai di negeri Paman Sam sesaat setelah ayahnya yang berada di Ukraina meninggal tahun 1997. Ibunya harus menghidupinya dengan bekerja sebagai pengasuh anak dan Jan Koum membantu bekerja sebagai tukang sapu.

Fase Terendah Kehidupan

Penghasilannya sebagai tukang sapu tentu saja membuat keluarganya tidak bisa makan dengan cukup. Hingga akhirnya, dia mengandalkan jatah makan gratis dari pemerintah yang diperuntukkan bagi para gelandangan. Untuk dapat bertahan, segala macam pekerjaan dia lakukan, bahkan Jan juga tidak jarang tidur di tempat umum beralaskan tanah. Meski begitu, dia juga tetap melanjutkan sekolah.

Berbekal kemampuan bahasa inggrisnya, dia mudah menerima pelajaran. Namun sayangnya, kerasnya kehidupan membuat dia sulit menyesuaikan diri dengan teman sekolahnya sehingga perkelahian pun sering terjadi. Meskipun termasuk murid yang nakal,  kecerdasan dan hobi membaca buku bekas membuat Jan Koum jatuh hati pada sistem pemrograman komputer. Dari situlah, dia mengenal program software.

Kebangkitan

Tidak hanya belajar pemrograman melalui buku, Jan juga bergabung dengan kelompok hacker ketika masih bersekolah. Lulus dari sekolahnya, Jan melanjutkan studi di Universitas San Jose sambil bekerja sebagai penguji program di Ernst & Young.

Pada tahun 1997, Jan bertemu dengan Brian Acton yang nantinya akan menjadi rekan saat mengembangkan WhatsApp menjadi aplikasi perpesanan yang mendunia. Brian adalah seorang pegawai Yahoo! yang kemudian mengajaknya untuk melamar di perusahaan yang sama. Berbekal kemampuannya, Jan diterima dan bekerja selama 7 tahun sebagai programmer dan proyek periklanan.

Mundur dari Yahoo!, Jan kemudian melamar di Facebook setelah satu tahun berlibur, tetapi ditolak. Pada tahun 2009, Jan membeli sebuah iPhone dan tertarik dengan aplikasi yang disediakan oleh ponsel pintar ini. Dari rasa penasaran inilah, dia menciptakan WhatsApp.

Perkembangan WhatsApp termasuk lambat dibandingkan aplikasi serupa. Namun, Jan tidak mundur, meskipun sempat hampir menyerah. Brian mampu meyakinkan Jan untuk mengembangkan WhatsApp. Kabar baik pun akhirnya dia dapatkan. Pada tahun yang sama, Apple menelurkan push notifications, yang memberikan ide kepada Jan untuk memodifikasinya.

Sejak saat itu, Jan terus mengembangkan WhatsApp hingga dapat kita gunakan seperti sekarang. Pada tahun 2013, Google dan Facebook memperebutkan hak akuisisi WhatsApp karena peluangnya yang besar. Namun, ternyata Jan memutuskan untuk memilih Facebook. WhatsApp kemudian dibeli seharga USD19 milliar.

Untuk Anda yang saat ini sedang merasa terpuruk, kisah perjalanan Jan Koum bisa menjadi inspirasi yang mampu membangkitkan semangat juang. Yakinlah bahwa segala sesuatu yang kita usahakan pasti akan berakhir dengan hal baik. Semua  tergantung cara kita untuk tetap bertahan dan mencari jalan keluar ketika berada di titik terendah.

Posting Komentar untuk "Perjuangan Jan Koum, Pendiri WhatsApp yang Mendunia"